google cooking firawanti blogspot home business made tourism spiritual android dev natural lite discovery animal planet heavy java talk art lang store about car cardio therapy beauty clinic AutoCar: 3/1/09 - 4/1/09

Senyum is smile____ All about of stepping forward _______________________


Mengenang Benyamin S.
Tukang Kredit
----------------

0++
krediit,
kredit kredit kredit...

kredit barang mpok!, eeh peceh beleh
empok ayuk pili aje
piring gelas, panci teko en termosnye...

0--
bang sini bang!

0++
iye mpok.

0--
ade enggak bang penggorenganye...  

0++
enggak bawa!

0--
bang ni berape hargenye bang..  

0++
yang manee?

0--
piring jeggklonk nyang ade kembang ijonye.

0++
selusin tujuh rattus!
panjernye dua ratus!
seari gocap!
ditagih nyap-nyap!

0--
harganye kelewatan!! - e-eh mending beli kontan,
ngutang melulu nurutin settan!

0++
empok kenape sewot, mao ngutang ape ngajak bekklai..

0--
emang gue jagoan bang mao beklai!

0++
mpook untung saya dikit,
mpok utang tarik urat suse ditagi..

0--
maklum deh bang laki aye belom gajian

0++
ngutang pinter bayar suse!
ditagi entar-entar teruss,
nembak melulu!

vBXf3ayVFGZOEt1CCf3aVt9tSjQ
"Majulah flam kiser!, hatiku terbakar
dan jiwaku membara arah semangat!
"

__ "terimalah ini hidaken...." jump idaten jump. chuwwcuw cuwzz...
__ political kids___ "how r u digimon?"
hati2lah melayani public digi !, lakukanlah dgn sempurna.
makhluk2 itu semakin pintar saja curhat.
__ now to show your skills in action digi...
......................
go go ahead! digiHitbit digiParticle transformations live
digiCorp digiMoto digiBank digiLoan digiMiter digiSat digiCop...
our congratulations to you - digiBouquet.
good kindness your crossing lights inside track to people.
__________ !! ___ !
get up boy! wake up __ why mom?
listen to me honey - you was delirious from nightmare
__ No mom! I've got precious dreamt.
......................
__ who is digiFlare, mom?
__ where is digiData? how about filtering people, mom?
enough!, quite honey! please.
ok. we have digiAngels. they appear in the ones you love.
they can be the ones you dzikir and pray to in heaven...
***
when digiTechno and no one's gonna help us,
but only angels who can protect us would be inside
even under a flaming sky... an angel's soul.
digiSoul become chilly and flows out your journey. digiBoy...
the soul journey starts with knowing yourself.
Allahu allahu allah... we can call digiAngels.
give thanks to Allah.
Google  

Peace Happen
How Green?

 firawanti's florenzo 
 More Gifts Ad here     
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  

Suggestions N' Prayer




"SUGESTI MINIMALIS, AKHERAT"

" Ya Allah perbaikilah aku, selalu kuingin
mensugestikan diriku sendiri menuju Engkau
ridhoi hidupku dan semua sugestiku ini
menjadi kenyataan"


1. Sugesti absolut satu dibagi nol.
tetapkan orientasi hidup, sugestikan perilaku dan sandiwara dunia ini dalam kebaikan

2. Sugesti iman kepada Allah.
hidup yang kedua adalah hidup, keabadian akherat lebih baik daripada kesenangan sebentar di dunia (+/- 70 tahun)

3. Sugesti bayangan syurga.
imaginasikan selalu syurga kesenangan abadi dan sakit siksa neraka itu penderitaaan abadi, maka gemetarkan hati diri sendiri dengan berdzikir

4. Sugesti orang berilmu :

  • mengenal Tuhan
  • tahu siapa pemimpin, berita baik (Rasul Allah)
  • membaca wahyu Allah
  • bermanfaat...


5. Sugesti tujuan materialistik :

  • maintenance keimanan diri sendiri dan keluarga
  • rasa aman dan halal menafkahi tanggungan-tanggungan
  • mampu bersedekah dan berzakat
  • mampu ke rumah Tuhan
  • menuju kelebihan harta, membagikan keberkahan dan pekerjaan-pekerjaan
  • melindungi tanaman, menanam pohon dan berkurban hewan
  • ikut merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan kolektif
  • tidak ingin masih hidup ketika kiamat terjadi (kehancuran materi)


6. Sugesti pribadi dan harga diri sendiri :

  • mengenali diri sendiri
  • berdoa memohon bimbingan Allah memilih jalan/takdir hidup sendiri
  • ikhtiar mengubah kemiskinan dan nasib diri sendiri
  • tetap mengucap rasa syukur kepada Allah
  • yakini kelebihan harta dan untung adalah rejeki titipan Allah
  • sejatikan diri dalam berketurunan dan rasa malu menzalimi suami, anak dan orang lain
  • mengajak setiap orang baik dimana saja, masuk agama Allah (Islam) untuk keselamatannya terang-terangan atau sembunyi-sembunyi


7. Sugesti sungkem.
cinta kasih dan bakti kepada Mama dan Papa
serta memelihara doa ikhlas darinya

8. Sugesti jauhi dendam.
sikapi kemarahan orang lain dengan sportif, rasa
kasihan, maaf dan doa

9. Sugesti menyapa.
silaturahim dan tersenyum kepada semua kenalan

10. Sugesti risalah nabi Muhammad.
shalat 5 Waktu dan dhuha, malam2 sunyi, puasa ramadhan, senin dan kamis

11. Sugesti yakin.
hanya dengan pertolongan Allah dan janji-janji-Nya,
diri sendiri menjadi kuat.


"Pesan :
Mari turunkan Keberkahan Micro, Riyil Sector
dari langit..."


1. Tidak ganjal takaran untuk kurangi berat produk.
2. Meraih untung dengan elegan. Malu campur2 harga mahal dgn
    harga murah sejenis.
3. Tidak membunuh hewan dengan air.
4. Hentikan perdagangan perempuan (trafficking),
    stop! penyakit jijik dan kawin kontrak.
5. Tidak meracuni makanan active (still consume).
6. Menjual/membuat yang baik-baik saja.
7. Productive menghasilkan good something.
8. Kurir/Supir2 sholeh upgrading budi baik/keringat
    usahanya pada jalur distribusi.
9. Buka lebih mudah: bank, penjamin kredit dan petani.
    tanami tanah terlantar.
10. Negara (BUN) lebarkan pintu/jalannya.

Salam kebaikanmu Pedagang Tradisional.

ramadhan zone games zone

Transformers, Who is Optimus ?


Get good human resource for the day after 2012. Find out the truth.


Bekerjasama. Kuatkan tali itu!, alam sudah mengingatkan, hatimu yang berpegangan, Lepaskan polemiknya. kamu siapa? ...


[optimus-prime.jpg]
Transformation life and death from silver age into gold age. How about agricultural credit banks.
Bottleneck Symbol "Dunia Maya" apakah akan datang?

Lanjutkan kehidupan...

Online Rubiks Cube


Now you can play it, use your mouse to solve this cube by your self. good shuffle good flashback. no wrong way and go home happiness...
Online Rubik game. Solving the Rubik's Cube. A simple and foolproof solution to the Rubik's Cube. Use your mouse to solve this virtual Rubik's Cube. This is a flash representation of the 3x3x3 Rubik's Cube.
Oo oida onde mande. happy .


Star Trek


From: Leonard Nimoy reflects on Trek in our exclusive video. Your messages.
Talk less do more. Raih bintang di langit. bermimpilah...



Thursday, March 5, 2009

PENDIDIKAN MORAL & BUDI PEKERTI

Artikel:
MERANCANG PENDIDIKAN MORAL & BUDI PEKERTI


Judul: MERANCANG PENDIDIKAN MORAL & BUDI PEKERTI
Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum bagian PENDIDIKAN / EDUCATION.
Nama & E-mail (Penulis): Lewa Karma
Saya Mahasiswa di IKIP N Singaraja-Bali
Topik: Pendidikan
Tanggal: 9 April 2004


MERANCANG PENDIDIKAN MORAL & BUDI PEKERTI DALAM ATMOSFER PENDIDIKAN FORMAL
(Morale Force Dealectict)


Manusia Indonesia menempati posisi sentral dan strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga diperlukan adanya pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara optimal. Pengembangan SDM dapat dilakukan melalui pendidikan mulai dari dalam keluarga, hingga lingkungan sekolah dan masyarakat.

Salah satu SDM yang dimaksud bisa berupa generasi muda (young generation) sebagai estafet pembaharu merupakan kader pembangunan yang sifatnya masih potensial, perlu dibina dan dikembangkan secara terarah dan berkelanjutan melalui lembaga pendidikan sekolah. Beberapa fungsi pentingnya pendidikan sekolah antara lain untuk : 1) perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian, 2) transmisi cultural, 3) integrasi social, 4) inovasi, dan 5) pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja ( Bachtiar Rifai). Dalam hal ini jelas bahwa tugas pendidikan sekolah adalah untuk mengembangkan segi-segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dikembangkan melalui pendidikan moral. Dengan memperhatikan fungsi pendidikan sekolah di atas, maka setidaknya terdapat 3 alasan penting yang melandasi pelaksanaan pendidikan moral di sekolah, antara lain : 1). Perlunya karakter yang baik untuk menjadi bagian yang utuh dalam diri manusia yang meliputi pikiran yang kuat, hati dan kemauan yang berkualitas, seperti : memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri, ketekunan, dan dorongan moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan rasa cinta sebagai ciri kematangan hidup manusia. 2). Sekolah merupakan tempat yang lebih baik dan lebih kondusif untuk melaksanakan proses belajar mengajar. 3).Pendidikan moral sangat esensial untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan membangun masyarakat yang bermoral (Lickona, 1996 , P.1993).

Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir seluruh masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang mengalami patologi social yang amat kronis. Bahkan sebagian besar pelajar dan masyarakat kita tercerabut dari peradaban eastenisasi (ketimuran) yang beradab, santun dan beragama. Akan tetapi hal ini kiranya tidak terlalu aneh dalam masyarakat dan lapisan social di Indonesia yang hedonis dan menelan peradaban barat tanpa seleksi yang matang. Di samping itu system [pendidikan Indonesia lebih berorientasi pada pengisian kognisi yang eqivalen dengan peningkatan IQ (intelengence Quetiont) yang walaupun juga di dalamnya terintegrasi pendidikan EQ (Emotional Quetiont). Sedangkan warisan terbaik bangsa kita adalah tradisi spritualitas yang tinggi kemudian tergadai dan lebih banyak digemari oleh orang lain di luar negeri kita, yaitu SQ (Spiritual Quetiont). Oleh sebab itu, perlu kiranya dalam pengembangan pendidikan moral ini eksistensi SQ harus terintegrasi dalam target peningkatan IQ dan EQ siswa.

Akibat dari hanyutnya SQ pada pribadi masyarakat dan siswa pada umumnya menimbulkan efek-efek social yang buruk. Bermacam-macam masalah sosial dan masalah-masalahh moral yang timbul di Indonesia seperti : 1). meningkatnya pembrontakan remaja atau dekadensi etika/sopan santun pelajar, 2). meningkatnya kertidakjujuran, seperti suka bolos, nyontek, tawuran dari sekolah dan suka mencuri, 3). berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, dan terhadap figur-figur yang berwenang, 4). meningkatnya kelompok teman sebaya yang bersifat kejam dan bengis, 5) munculnya kejahatan yang memiliki sikap fanatik dan penuh kebencian, 6). berbahsa tidak sopan, 7). merosotnya etika kerja, 8). meningkatnya sifat-sifat mementingkan diri sendiri dan kurangnya rasa tanggung jawab sebagai warga negara, 9). timbulnya gelombang perilaku yang merusak diri sendiri seperti perilaku seksual premature, penyalahgunaan mirasantika/narkoba dan perilaku bunuh diri, 10). timbulnya ketidaktahuan sopan santun termasuk mengabaikan pengetahuan moral sebagai dasar hidup, seperti adanya kecenderungan untuk memeras tidak menghormati peraturan-peraturan, dan perilaku yang membahayakan terhadap diri sendiri atau orang lain, tanpa berpikir bahwa hal itu salah (Koyan, 2000, P.74).

Untuk merespon gejala kemerosotan moral tersebut, maka peningkatan dan intensitas pelaksanan pendidikan moral di sekolah merupakan tugas yang sangat penting dan sangat mendesak bagi kita, dan perlu dilaksanakan secara komprehensif dan dengan menggunakan strategi serta model pendekatan secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran atau pendidikan seperti : guru-guru, kepala sekolah orang tua murid dan tokoh-tokoh masyarakat. Tujuan pendidikan moral tidak semata-mata untuk menyiapkan peserta didik untuk menelan mentah konsep-konsep pendidikan moral, tetapi yang lebih penting adalah terbentuknya karakter yang baik, yaitu pribadi yang memiliki pengetahuan moral, peranan perasaan moral dan tindakan atau perilaku moral (Lickona, 1992. P. 53 )

Pada sisi lain, dewasa ini pelaksanan pendidikan moral di sekolah diberikan melalui pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) dan Pendidikan agama akan tetapi masih tampak kurang pada keterpaduan dalam model dan strategi pembelajarannya Di samping penyajian materi pendidikan moral di sekolah, tampaknya lebih berorientasi pada penguasaan materi yang tercantum dalam kurikulum atau buku teks, dan kurang mengaitkan dengan isu-isu moral esensial yang sedang terjadi dalam masyarakat, sehingga peserta didik kurang mampu memecahkan masalah-masalah moral yang terjadi dalam masyarakat Bagi para siswa,adalah lebih banyak untuk menghadapi ulangan atau ujian, dan terlepas dari isu-isu moral esensial kehidupan mereka sehari-hari. Materi pelajaran PPKn dirasakah sebagai beban, dihafalkan dan dipahami, tidak menghayati atau dirasakan secara tidak diamalkan dalam perilaku kehidupan hari-hari.

Dalam upaya untuk meningkatkan kematangan moral dan pembentukann karakter siswa. Secara optimal ,maka penyajian materi pendidikan moral kepada para siswa hendaknya dilaksanakan secara terpadu kepada semua pelajaran dan dengan mengunakan strategi dan model pembelajaran seccara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua guru, kepala sekolah ,orang tua murid, tokoh-tokoh masyarakat sekitar. Dengan demikian timbul pertanyaan,bahan kajian apa sajakah yang diperlukan untuk merancang model pembelajaran pendidikan moral dengan mengunakan pendekatan terpadu ?

Untuk mengembangkan strategi dan model pembelajaran pendidikan moral dengan menggunakan pendekatan terpadu ,diperlukan adanya analisis kebutuhan (needs assessment) siswa dalam belajar pendidikan moral. Dalam kaitan ini diperlukan adanya serangkaian kegiatan, antara lain : (1) mengidentifikasikan isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat untuk dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode klarifikasi nilai (2) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran pendidikan moral agar tercapai kematangan moral yang komprehensif yaitu kematangan dalam pengetahuan moral perasaan moral,dan tindakan moral, (3) mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah dan kendala-kendala instruksional yang dihadapi oleh para guru di sekolah dan para orang tua murid di tua murid dirumah dalam usaha membina perkembangan moral siswa,serta berupaya memformulasikan alternatif pemecahannya, (4) mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai moral yang inti dan universal yang dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam proses pendidikan moral, (5) mengidentifikasi sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan belajar pendidikan moral.

Dengan memperhatikan kegiatan yang perlu dilakukan dalam proses aplikasi pendidikan moral tersebut, kaitannya dengan kurikulum yang senantiasa berubah sesuai dengan akselerasi politik dalam negeri, maka sebaiknya pendidikan moral juga dilakukan penngkajian ulang untuk mengikuti competetion velocities dalam persaingan global. Bagaimanapun negeri ini memerlukan generasi yang cerdas, bijak dan bermoral sehingga bisa menyeimbangkan pembangunan dalam keselarasan keimanan dan kemajuan jaman. Pertanyaannya adalah siapkah lingkungan sekolah (formal-informal), masyarakat dan keluarga untuk membangun komitmen bersama mendukung keinginan tersebut ? Karena nasib bangsa Indonesia ini terletak dan tergantung pada moralitas generasi mudanya.

Penulis :
Lewa Karma
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia IKIP N Singaraja
Sekretaris Umum LPICS (Lembaga Pendidikan Insan Cita Singaraja)
Alamat : Jalan Kartini 32 Singaraja-Bali(081805563218)



Saya Lewa Karma setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .

CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.

Pendidikan-DasarSekolah-MenengahPerguruan-TinggiCari-PekerjaanTeknologi&PendidikanPengembangan-Sekolah

Tuesday, March 3, 2009

Perempuan Berkalung Sorban - Hanung B

Sekilas kita intip film ini yuukk :)

Kisah berawal dari sebuah pesantren Al-Huda di Jawa Timur milik Kyai Hanan (Joshua Pandelaky) pada tahun 80-an. Seorang gadis berumur sepuluh tahun Annisa (Nasya Abigail) yang menjadi anak ke tiga dari sang Kyai berbeda dengan gadis kecil lainnya di daerah tempat pesantren itu. Ketika kedua saudara laki-lakinya belajar menunggangi kuda, Annisa kecil ingin juga belajar. Namun, dia dilarang oleh kedua orang tuanya, karena dia seorang perempuan.

Annisa merasa tak nyaman dengan lingkungan pesantren dan keluarganya karena selalu ‘menyampingkan’ statusnya sebagai perempuan dengan alasan syariat Islam. Untungnya ada salah satu orang yang mengerti kegelisahan Annisa yang keras kepala dan mengajari Annisa naik kuda, dia adalah Khudori (Oka Antara) seorang lelaki cerdas dengan pikiran terbuka. Namun, perlindungan Khudori tak berlangsung lama karena dia harus pergi ke Al-Azhar di Kairo untuk melanjutkan kuliahnya dan meninggalkan Annisa sendirian.

Annisa (Revalina S Temat) telah remaja dan memutuskan untuk melamar beasiswa di sebuah Universitas Islam di Yogjakarta. Namun, Annisa mendapat garis lain dalam hidupnya yaitu masuk ke dunia pernikahan. Annisa dijodohkan dengan Samsudin (Reza Rahadian) anak seorang Kyai yang membantu pesantren Al-Huda. Dunia pernikahan dirasa Annisa buruk karena perbuatan kasar dan tekanan yang dilakukan sang suami. Tak hanya perlakuan kasar yang didapatkan, Annisa juga dipoligami. Annisa tak bisa berbuat apa-apa karena syariat Islam yang selalu ada dalam dirinya bahwa perempuan harus mengikuti apa yang dilakukan suami dan menurut apa kata suami.

Annisa selalu merasa kalau perempuan menjadi warga negara kelas dua, ditindas hak-haknya dan dilupakan suaranya. Namun, semuanya berubah ketika Khudori datang kembali ke Al-Huda dan bertemu dengan Annisa. Benih-benih cinta yang dirasakan sejak kecil masih ada dalam diri Annisa dan Khudori. Mereka pun disangka telah melakukan hal yang tak diperbolehkan sebagai seorang lelaki dan istri orang. Annisa akhirnya diceraikan sang suami dan dia memutuskan untuk pergi ke Yogjakarta.

Di Yogjakarta Annisa mulai memperlihatkan bakatnya dengan menulis. Dia bekerja di sebuah kantor konsultan dan menjadi konsultan handal. Annisa pun menikah dengan Khudori dan kembali ke Al-Huda dengan membawa buku-buku karyanya. Annisa ingin santri-santri yang ada di sana belajar memperjuangkan haknya sebagai perempuan dengan banyak membaca dan menulis. Namun, di pesantren itu terdapat larangan membaca buku yang berbau dunia luar. Annisa memperjuangkannya dengan membuat perpustakaan di Al-Huda.

Di film ini Akting Revalina S. Temat cukup memukau. Meskipun baru berusia 23 tahun dia cukup ciamik berakting menjadi seorang ibu hamil. Film yang diadaptasi dari novel karya Abidah Al Khalieqy berkisar tentang perempuan dan perjuangannya meraih eksistensi. Sang sutradara, Hanung pun siap mendapatkan kontroversi dengan film ini dengan membuat film yang berisi tentang Islam dan syariatnya.

“Saya merasa sedih Islam menjadi kiblat untuk laki-laki dan keperluannya, bukan berarti saya membela perempuan tapi mari kita bicara secara proporsional karena tuhan mencintai perbedaan tapi jangan dibeda-bedakan. Saya siap film ini menuai kontroversi dan kalau nggak ada yang suka saya siap berdiskusi,” ujar sutradara yang telah merilis tiga film yang diangkat dari novel.

Monday, March 2, 2009

Pendidikan Budi Pekerti

Pendidikan Budi Pekerti Berbasis Kearifan Lokal

Oleh : Kelik Nursetiyo Widiyanto

Pendapat Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef, agar pendidikan budi pekerti tidak direduksi ke dalam pelajaran tertentu, misalnya agama, sangatlah tepat (Kompas, 22/12). Agama memang mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Tetapi, tidak hanya pelajaran agama yang bisa mengajarkan kebaikan. Nilai-nilai kebaikan bisa juga didapat pada kearifan lokal. Pendidikan budi pekerti bisa berbasis kearifan lokal.

Sementara ini pelajaran muatan lokal baru berkisar padapelajaran bahasa daerah. Di Jawa Barat, misalnya, pelajaran muatan lokal masih hanya berupa pelajaran bahasa Sunda. Padahal, nilai-nilai kearifan tradisi Sunda bisa ditanamkan pada diri siswa. Misalnya paribasa Sunda, ulah unggut kalinduan ulah gedag kaanginan, yang menanamkan untuk teguh pendirian dalam senantiasa berusaha.

Selama ini, pendidikan budi pekerti yang berbasis kearifan lokal ditanamkan kepada anak oleh orangtuanya. Itupun, bila orangtuanya memiliki kesadaran dan kepekaan terhadap budayanya. Sebaliknya, orangtua yang tidak peduli dengan kebudayaan asli daerahnya, entah dengan pendidikan apa menyemai budi pekerti kepada anaknya. Hal tersebut banyak terjadi di perkotaan.

Psikologi keluarga di perkotaan lebih mundial, sehingga tradisi lokal akan terkikis oleh kemajemukan budaya kota. Kota sebagai muara dari banyak budaya akan melahirkan budaya baru perkotaan. Sehingga, pendidikan budi pekerti akan lebih sulit ditanamkan kepada anak-anak di sekolah. Pendidikan budi pekerti yang tepat bagi masyarakat perkotaan adalah di keluarga.

Orangtua, tentunya memiliki tradisi kearifan lokal yang dibawa dari daerahnya. Alangkah, lebih arifnya jika orangtua menanamkannya kepada anak-anaknya di rumah. Sebab, jika sudah keluar dari rumah, sang anak akan bergerus lagi oleh budaya global. Pendidikan budi pekerti berbasis kearifan lokal di keluarga menjadi benteng dari hantaman pengaruh negatif budaya asing.

Tidak sedikit orangtua yang menanamkan budi pekerti berbasis kearifan lokal di perkotaan. Rata-rata mereka adalah keluarga yang memang kuat akan tradisi lokalnya. Sebelum merantau ke kota, mereka dibekali dengan petuah orangtua dalam mengarungi kehidupan di perantauan. Budi pekerti berbasis kearifan lokal tidak terbatas dengan lokalitas. Sebab, kearifan lokalnya berlaku untuk sepanjang masa dan seluas dunia.

Inilah bukti agungnya kearifan lokal. Ia bernilai tidak untuk satu generasi saja. Justru malah untuk ditanamkan kepada setiap keturunannya. Penanamannya bisa berupa dengan tradisi lisan melalui dongeng sebelum tidur, nyanyian-nyanyian atau peribahasa. Bisa juga dengan diamalkan langsung kepada sang anak. Misalnya, berlaku jujur, berani bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi saudaranya yang lebih muda.

Di sekolah

Salah satu kelemahan pendidikan budi pekerti kita sekarang, menurut Mochtar Buchori (Kompas, 28/12) adalah tidak berorientasi kepada moralitas kolektif. Pendikan budi pekerti berbasis kearifan lokal di keluarga menjurus pada pendidikan individual. Sementara, anak tidak bisa hidup sendiri. Artinya, anak-anak lain pada lain keluarga perlu berinteraksi. Interaksi ini akan menjadi baik jika anak-anak tidak saja hapal betapa pentingnya menghormati orang lain tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah. Oleh karenanya, pendidikan budi pekerti di sekolah akan lebih baik jika berorientasi kolektivitas dan praktis.

Di sekolah, anak berinteraksi dengan beragam perilaku. Perilaku itu bisa baik atau tidak baik. Di sinilah tempatnya bagi anak untuk berani memilih dan memilah dengan siapa ia berteman dan bagaimana ia berperilaku. Di sini pula ia diuji apakah dengan pergaulannya di sekolah, pendidikan budi pekerti di rumah bisa dipertahankan atau tidak.

Peran guru di sekolah dalam mengajarkan pendidikan budi pekerti tidak lagi bagi masing-masing individu. Tetapi, guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam membimbing anak berlaku dan berbudi pekerti. Pendidikan budi pekerti tidak selesai ketika anak hapal kata-kata bijak, atau mampu menjawab soal-soal di ujian akhir. Tetapi, ia lebih berorientasi kepada perilaku dalam berinteraksi dengan sesama temannya, kepada guru, dan kaum papa.

Pendidikan budi pekerti di sekolah lebih mudah ditanamkan di tingkat dasar. Tetapi, ia pun membutuhkan pendidikan yang berkelanjutan di tingkat menengah dan atas. Dapat dibayangkan, selama 12 tahun anak sekolah dengan penanaman budi pekerti yang baik, hemat penulis, akan lahir generasi berbudi pekerti luhur dan tidak berpikiran pragmatis.

Hal utama bagi pendidikan budi pekerti berbasis kearifan lokal di sekolah adalah keberadaan guru. Pendidikan budi pekerti di sekolah menjadikan guru sebagai tauladan muridnya. Guru bukan sekedar mengajarkan mata-mata pelajaran, tetapi juga tindak tanduknya menjadi contoh bagi siswanya. Jika orangtua di rumah menjadi figur budi pekerti luhur maka guru di sekolah menjadi tauladan nyata.

Pendidikan budi bekerti berlandas kearifan lokal secara tidak langsung memperpanjang nafas tradisi kebudayaan lokal. Sipa lagi yang akan mempertahankan budaya kita jika bukan kita sebagai pemilik dan pelestari budaya bangsa. Budaya itu, salah satunya, adalah budaya berbudi pekerti luhur sebagai ciri masyarakat berbudaya luhur.

Budi Pekerti

Posted at 10:08 am under Budaya

Oleh: Ricardus Siswanto

Suatu saat saya sedang berdiri didepan pintu pagar rumah melihat-lihat tanaman yang sedang berbunga indah. Tiba-tiba ada seorang anak yang berhenti didepan saya dengan sepeda motornya. Tanpa turun dari motornya yang mesinnya masih hidup, anak itu bertanya : Pak, tahu nggak rumah pak “X” di jalan “X”. Lalu saya jawab pada anak itu : Dik, kalau bertanya harap turun dari sepeda motor dan tolong matikan mesinnya. Ternyata anak tersebut bukannnya turun, tapi justru pergi begitu saja dengan motornya.

Sepintas dalam hati saya bertanya “Betapa nggak sopannya anak tersebut dalam berperilaku . Apakah di sekolah tidak diajarkan budi pekerti lagi? Seingat saya pada saat SD, kita mendapat pelajaran yang namanya Budi Pekerti.

Sehubungan dengan cerita pendek diatas maka kita sebagai orangtua yang mempunyai anak dan merupakan pendidik utama dan pertama dalam keluarga wajib membentuk anak dalam berbudi pekerti yang luhur. Hal ini penting karena berbudi pekerti luhur merupakan tuntutan dan tantangan yang sangat mendesak dan up to date pada jaman modern saat ini. Kalau kita baca dikoran/majalah atau menonton di televisi , kita disuguhkan berita maraknya kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan.

Untuk itu kita semuanya perlu penyegaran kembali apa itu budi pekerti itu? “Sesungguhnya pengertian budi pekerti yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku. Sikap dan perilaku budi pekerti mengandung lima jangkauan sebagai berikut:

1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan.
2. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri.
3. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga.
4. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa.
5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar”

(Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 4-5)

Sikap dan perilaku tersebut antara lain:
‘bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggungjawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang,rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka, ulet” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka- Jakarta 1997).

Uraian sikap dan perilaku ini menurut hemat saya merupakan Nilai-Nilai yang sangat perlu kita kembangkan dan wujudkan terus dalam kehidupan ini. Maka baiklah karena kita adalah orang-orang beriman, pengertian atau pemahaman perihal budi pekerti di atas harus kita hayati dan sebarluaskan. Sekali lagi penghayatan pertama-tama dan terutama hendaknya sungguh-sungguh diwujudkan di dalam keluarga, selanjutnya perlu dibiasakan atau dididikkan di mana kita berada.

Ibu Yang Salah Mendidik Anak

Sabtu, 16 Mei 2009

anak-nakal
Pada masa lampau, tinggalah seorang janda yang mempunyai seorang anak laki-laki. Si ibu amat sangat menyanyangi anak satu-satunya itu, Anak itu bebas pergi ke mana saja dan bebas melakukan apa saja yang diinginkannya. Ibunya tidak pernah melarangn, malah memuji semua perbuatannya, baik maupun buruk. Anak itu mempunyai kebiasaan yang buruk, ia selalu ke luar rumah setiap malam.

Beberapa tahun kemudian, anak itu tumbuh menjadi seorang pemuda, ia tidak mempunyai keahlian apapun untuk mencari pekerjaan, sehingga ia tidak mempunyai penghasilan untuk membiayai kehidupannya. Karena itulah ia mulai melakukan pencurian kecil-kecilan. Pada mulannya ia amat senang memperoleh hasil curian itu. Dan ketika ia pulang membawa hasil curiannya, ibunya amat senang, memuji-muji perbuatannya. Ia malah bangga terhadap anaknya dan mendorongnya untuk terus melakukan pekerjaanya sebagai pencuri.

Akhirnya ia menjadi pencuri ulung yang amat ditakuti oleh penduduk di sekitar tempat tinggalnya. Polisi segera dikerahkan untuk menangkapnya. Tetapi ia tidak takut, ia tetap saja mencuri. Tidak berapa lama kemudian ia tertangkap dan dibawa ke hadapan raja. Sesudah diperiksa dan diadili, raja menyatakan ia bersalah karena telah merugikan banyak orang dan ia dihukum mati.

Sebelum hukuman mati itu dilaksanakan, ia memohon kepada pengawal raja bahwa ia ingin bertemu dengan ibunya untuk terakhir kalinya. Karena ini permintaan yang terakhir, permohonan itu dikabulkan. Ibunya segera dibawa untuk menemuinnya, si pencuri itu lalu memeluk ibunya, dan dengan segera ia menggigit telinga ibunya.

Pengawal melaporkan kejadian itu kepada raja dan si pencuri lalu dibawa menghadap raja. Raja bertanya mengapa ia menggigit telinga ibunya. Si pencuri menjelaskan, “Yang Mulia Raja, saya adalah anak satu-satunya. Ibu saya seharusnya mengajarkan kepada saya untuk menjadi orang yang baik dan benar. Tetapi sebaliknya ia malah mendorong saya untuk menjalani kehidupan yang tidak benar. Ia tidak pernah melarang saya berbuat buruk. Apabila ia mengingatkan saya akibat dari perbuatan buruk yang saya lakukan, saya akan menjadi rakyat yang baik, mengerti dan patuh terhadap hukum negara. Tetapi ia tidak pernah melakukan hal itu. Karena itulah saya akan mati dengan cara seperti ini. Saya pikir inilah saat yang terakhir kalinya, saya harus menunjukan sebuah pelajaran, supaya ibu-ibu yang lain akan belajar dari kejadian ini, bahwa mereka harus membimbing anak-anaknya menuju jalan yang benar. Inilah penjelasan saya Yang Mulia, mengapa saya menggigit telinga ibu saya.”

Tidak diceritakan apa yang dikatakan oleh raja atas penjelasan pencuri itu, tetapi pesan yang terkandung dari cerita ini adalah peringatan yang amat jelas bagi para orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan baik.

Para orangtua harus menjaga tingkah laku anaknya, apalagi ketika mereka masih kecil, didik mereka supaya berbuat kebaikan. Bila mereka melakukan perbuatan yang kurang baik, orangtuannya harus segera mengingatkan akibat perbuatan yang kurang baik itu, dan harus memperbaikinya.

Para orangtua juga harus memperingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan buruk yang dilakukan anak-anaknya, karena kalau perbuatan buruk yang dilakukan semasa kanak-kanak tidak diperingatkan, maka perbuatan buruk itu akan berkembang menjadi perbuatan yang jahat setelah mereka telah menjadi dewasa. Semua perbuatan jahat itu akan membawa kejatuhan bagi orang itu dan juga akan menjatuhkan martabat orangtuannya.

Di dunia yang modern ini, dengan komunikasi yang begitu baik dan canggih, justru hubungan orangtua dan anak menjadi renggang, tidak terjalin dengan baik dikebanyakan keluarga pada saat sekarang ini. Sebagai akibatnya orangtua tidak mengetahui kalau anak-anaknya menjadi tersesat.

Karena itu sangatlah penting bagi orangtua untuk menjalin komunikasi dan berdiskusi secara baik dengan anak-anaknya. Dengan komunikasi yang baik akan ditemukan suatu cara terbaik untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul, sehingga tidak berkembang menjadi suatu krisis yang serius.(erabaru.or.id)*

(Disadur dari buku “Sang Buddha Pelindungku III”, Sangha Therava Indonesia, 1996)

Kura - Kura Membalas Budi

Jumat, 08 Mei 2009

kura-kura
Meskipun mendapat pengaruh sesudah lahir dan berbagai macam kebiasaan buruk menjadi hal biasa, sifat baik hati harus tetap dijaga. Sebagian besar orang akan tergugah jika melihat kebaikan seseorang, dan akan merasa kasihan jika melihat pemandangan kejam menyiksa makhluk hidup, dan ini adalah penampakan sifat dasar yang baik.

Ada seorang pemuda tinggal bersama dengan ayahnya, mereka hidup dengan menggantungkan pada sebidang tanah garapan yang sempit. Walaupun hidup miskin, tetapi, sang ayah orang yang baik dan anaknya sangat berbakti, mereka hidup tenang dan tentram.

Tahun demi tahun waktu berlalu, usia sang ayah semakin senja, dan perlahan-lahan kekuatan tubuhnya juga semakin lemah. Meskipun ladang mereka tidak luas, namun, jika hanya bergantung pada seorang pemuda untuk menggarapnya, tetap saja harus menguras tenaga. Suatu ketika, sang ayah mengambil sejumlah uang yang ditabungnya selama bertahun-tahun, dan menyuruh anaknya membeli seekor sapi di kota.

Pemuda itu berjalan ke pasar hewan, sewaktu sampai di sebuah sungai, karena merasa lelah, lalu ia duduk di atas batu untuk istirahat sejenak. Sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara canda sejumlah anak kecil, ia merasa penasaran, lalu mencari sumber suara itu, dan melihat beberapa bocah itu memegang bambu mengetuk-ngetuk batu. Anehnya, batu-batu itu seperti bernyawa, begitu dilihat dengan seksama, ternyata adalah 5 ekor kura-kura, yang satu agak besar, sedangkan 4 ekor lainnya lebih kecil sepertinya anak-anaknya. Para bocah itu membalikkan kura-kura itu seperti bermain gasing sehingga membuat kura-kura itu berputar-putar, bahkan mengetuk mereka dengan bambu, memaksa mereka menyundulkan kepalanya.

Pemuda itu merasa tidak tega melihat kelakuan bocah-cocah nakal itu terhadap kura-kura, lalu berkata pada mereka, “Mengapa kalian mempermainkan kura-kura? Mereka juga makhluk bernyawa, bisa merasakan sakit dan takut, kan!” Dengan kesal anak-anak itu berkata “Susah payah kami baru berhasil menangkap induk kura-kura dan anak-anaknya, terserah mau kami apakan, tidak ada urusannya denganmu!”

Anak-anak itu lalu dengan sengaja menggunakan cara yang lebih kejam menyiksa kura-kura tersebut, memukulkan benda kearah mereka, pemuda itu lalu berkata “Jika anak-anak melihat orang tuanya disiksa orang lain, dalam hati pasti merasa sedih. Orang tua juga akan merasa sangat sedih bila melihat anak-anaknya mendapat musibah! Lebih baik lepaskanlah induk kura-kura dan anak-anaknya itu! Jangan disakiti!”

Anak-anak itu tetap saja acuh tak acuh, bahkan mengikat ke lima kura-kura itu dengan tali dan diayun kesana kemari. Si pemuda itu lalu bertanya pada mereka, hendak diapakan kura-kura itu? Mereka bilang mau dijual, pemuda itu bertanya mau dijual berapa? Dan tanpa pikir lagi, mereka mengatakan sebuah jumlah yang cukup besar. Pemuda itu meraba-raba uang yang ditaruh di dalam tas pinggangnya? jika uang ini diberikan kepada mereka, maka tidak bisa lagi membeli seekor sapi yang diminta ayahnya. Tapi, ia benar-benar tidak tega melihat kura-kura itu disiksa, lantas dengan belas kasih memberikan semua uangnya kepada anak-anak tersebut.

Setelah melihat anak-anak itu pergi jauh, si pemuda itu lalu berjongkok dan dengan hat-hati melepaskan tali yang mengikat tubuh kura-kura tersebut, dan satu demi satu mereka dibawa ke pinggir sungai supaya bisa kembali ke lingkungan tempat mereka hidup.

Pemuda itu berkata, “Pergilah! Bila anak-anak jahat itu kembali lagi, kalian nanti kan celaka! Cepat pergilah! Biar saya tenang!” Seperti mengerti dengan maksud si pemuda, para kura-kura itu lalu berenang ke sungai, namun, begitu tiba di pusat sungai kura-kura itu kembali lagi berkali-kali seolah-olah hendak mengucapkan terimakasih.

Dengan perasaan kuatir karena menggunakan uang ayahnya untuk kepentingan lain, pemuda itu pulang. Setiba di rumah, si pemuda menceritakan kejadian yang dialaminya, dan setelah mendengar cerita dari anaknya dengan perasaan gembira ayahnya berkata, “Bagus sekali, kamu telah melakukannya dengan baik! Dengan uang itu telah menyelamatkan 5 ekor nyawa, lebih berharga daripada membeli seekor sapi! Kita masih sehat, dengan bekerja keras akan bisa mendapatkan kembali uang itu.

Tengah malam waktu itu, tiba-tiba ayah mendengar suara ketukan pintu depan rumahnya, begitu pintu dibuka di luar dugaan ternyata ada seekor sapi berdiri di depan pintu! Di leher sapi itu tergantung secarik kertas yang berbunyi: “Kura-kura telah mengumpulkan kepingan emas di pinggir sungai, dan menukarnya dengan seekor sapi untuk membalas kebaikan hati pemuda yang telah membantu menyelamatkannya.”

Meskipun cerita ini hanya sebuah legenda, namun dengan jelas telah menunjukkan adanya dua sikap yang berbeda dalam memperlakukan makhluk hidup. Sikap yang satu adalah secara kasar dan sewenang-wenang memperlakukan makhluk hidup lainnya, tidak menghiraukan pada ketakutan dan penderitaan mereka. Sebaliknya sikap yang satunya lagi adalah dengan perhatian yang besar mencintai dan menyayangi segala makhluk hidup meskipun mereka binatang, namun tetap harus dikasihi dan dihargai, mencurahkan perhatian atas hak dasar hidupnya.(erabaru.or.id)*

Pangeran yang Mencabut Tanaman

Selasa, 12 Mei 2009

Pada zaman dahulu, ada seorang pangeran kecil yang tabiatnya amat buruk, ia keras kepala dan kejam pada sesama. Setiap orang takut kepadanya. Rakyat, pegawai istana, para menteri bahkan raja di kerajaan itu sekalipun takut kepadanya. Raja sangat gelisah memikirkan hal itu.

Untuk mengatasi masalah itu, Raja lalu mengundang seorang pertapa yang terkenal dengan kebijaksanaanya. Ia lalu menjelaskan tingkah laku sang pangeran yang buruk itu, dan memohon bantuan untuk menyadarkannya. Pertapa itu lalu berkata kepada Raja, “Yang Mulia, janganlah khawatir, saya akan berusaha memperbaiki sifatnya yang buruk itu.”

Pertapa bijaksana itu kemudian mengajak Pangeran kecil masuk ke sebuah taman. Sambil berjalan-jalan di sekitar taman, pertapa itu kemudian menunjuk ke sebatang pohon yang masih kecil. Pohon itu bernama pohon Neem.

Lantas, pertapa itu meminta Pangeran untuk memetik selembar daun pohon tersebut dan disuruh mencicipi rasanya. Pangeran lalu memasukkan daun pohon Neem itu ke mulutnya, kemudian ia merasakan daun itu sangat pahit rasanya, ia pun segera meludahkannya.

“Kalau daunnya saja sudah begitu pahit ketika pohon itu masih kecil, bagaimana pahit daunnya kalau pohon ini sudah benar-benar besar,” kata Pangeran kecil.

“Saya tidak akan membiarkan pohon ini tumbuh menjadi besar,” tuturnya kepada pertapa bijaksana itu.

Dengan amat marah, Pangeran lalu mencabut pohon itu dan mematah-matahkannya, ia tetap meludah karena pahitnya daun itu masih terasa di lidahnya.

Pertapa bijaksana melihat tingkah lakunya itu tersenyum dan bertanya, “Apakah daun pohon itu amat pahit, anakku?”

“Ya, pahit sekali,” jawab Pangeran.

“Mengapa kamu mencabut dan mematah-matahkan batang pohon yang kecil itu?” tanya pertapa itu lagi.

“Kalau daun saja sudah begitu pahit ketika pohon itu masih kecil, bagaimana pahitnya apabila pohon ini sudah tumbuh menjadi besar? Saya mencabutnya supaya ia tidak tumbuh menjadi pohon yang besar,” jawab pangeran.

Pertapa bijaksana itu lalu menganggukkan kepalanya dan berkata:

“Sekarang Pangeran, kamu juga seperti pohon kecil itu. Sebagai seorang Pangeran yang masih kecil, kamu sudah begitu kejam. Apabila nanti kamu menjadi raja menggantikan ayahmu, dapatkah kamu bayangkan bagaimana kejamnya kamu ini? Orang-orang akan menghancurkanmu kalau kamu sudah kejam sejak kamu menjadi pangeran kecil. Mereka akan mengatakan seperti yang kamu katakan tentang pohon kecil itu. Kalau ia sudah begitu kejam semasa kecil, bagaimana kejamnya apabila ia sudah menjadi seorang raja. Mengertikah anakku?”

Pangeran itu segera menyadari apa yang dimaksud oleh pertapa itu. Ia lalu mengucapkan terimakasih kepada pertapa mulia itu atas nasihatnya. Ia berjanji untuk mengubah tingkah lakunya, untuk menjadi orang yang baik dan bijaksana.

Setelah pangeran dewasa, menggantikan ayahnya yang sudah tua, menjadi raja, ia menjadi raja raja yang adil dan bijaksana yang dicintai oleh seluruh rakyatnya.

Pesan moral dari cerita ini adalah kalau anak-anak mau mendengar nasihat-nasihat yang baik dari orang tuanya dan orang yang lebih tua, dan mau memperbaiki tingkah lakunya yang salah, maka mereka akan mencapai hidup yang sukses dan bahagia di masa yang akan datang. (erabaru.or.id)*

(Disadur dari buku kumpulan cerita Buddhis, “Sang Buddha Pelindungku III), Sangha Theravada Indonesia, 1996)

Sastra sebagai Sarana Menggugah Budi Pekerti

oleh : NasrulAzwar

Pengarang : Agus R. Sarjono
Diterbitkan di: Oktober 11, 2007
Di kota besar perkelahian pelajar (tawuran) yang
nyaris terjadi setiap hari, kerentanan pelajar untuk terlibat narkoba,
naluri kekerasan yang semakin lama semakin menggila, kejujuran dan
sopan santun yang semakin menipis, dan sebagainya benar-benar
memprihatinkan. Karena siswa bukan benda mati dan disket yang mudah
meng-copy, nilai-nilai luhur itu akan mereka coba kaitkan dengan
kehidupan nyata yang mereka lihat di sekelilingnya.
Bagaimanapun, nilai-nilai luhur akan dicari kaitannya
dengan sosok dan lembaga yang diandaikan sebagai pengejawantahan
keluhuran itu: lembaga pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, lembaga
pengadilan, lembaga keagamaan, organisasi masyarakat yang besar dan
berpengaruh, serta pribadi para pemimpin, selain sosok guru yang
menjadi sumber nilai acuan sehari-hari mereka.
Burung-Burung Manyar membawa kita pada kompleksitas
kehidupan dan permasalahan yang melingkupi Setadewa alias Teto sehingga
dia menyurukkan diri pada pilihan menjadi serdadu KNIL dan berperang di
pihak Belanda. Anehnya, kita justru ikut berada
di pihak Teto -sesuatu yang nyaris mustahil dalam kehidupan nyata- dan
bersama itu kita belajar memahami alasannya, situasi khasnya,
keterpukulan batinnya yang melihat mamienya diinternir Jepang, dan
turut berdebar-debar menghikmati cintanya yang bersegi-segi kepada
Atiek, perempuan cantik aktivis pergerakan kemerdekaan.
Ruang yang tersedia dalam karya sastra itu membuka
peluang bagi pembaca untuk tumbuh menjadi pribadi yang kritis pada satu
sisi dan pribadi yang bijaksana karena pengalaman membaca sastra telah
membawanya bertemu dengan berbagai macam tema dan latar manusia serta
membawanya pula bertemu dengan beragam manusia dengan beragam karakter,
ideologi, kecemasan, kegirangan, dan harapannya.
Parodi dan ironi merupakan bagian yang inheren dalam karya sastra
sehingga kategori moral yang dirumuskan dalam pelajaran Budi Pekerti
akan langsung diuji dalam situasinya, dialami melalui empati, dan
dihidupi melalui apresiasi.
Dihadirkannya sosok "kotor" pelacur Maria Zaitun dalam
sajak Rendra, "Nyanyian Angsa", menggarisbawahi secara tajam kehadiran
masyarakat "suci", seperti dokter dan bahkan pendeta yang dengan selop
kulit buaya serta bau anggur di mulutnya mengutuk dan mengusir Maria
Zaitun karena sosok hina dina itu hanya pantas di neraka.
Ia tidak mungkin ditumbuhkan dengan angka statistik
kenakalan remaja dan akibatnya atau dengan ajaran formal tentang budi
yang luhur dan agung sebagaimana tempo hari pernah diajarkan dalam
penataran P-4 hingga berbutir- butir. Demikian
banyak butirnya, tetapi sedikit hasilnya karena di Jakarta butir-butir
itu tumbuh menjadi butir-butir kegarangan yang meledak dalam tawuran
pelajar di jalanan dan di MPR meledak sebagai tinju antarpartai dan
golongan.

Akhlak dan Budi Pekerti Shalallaahu alaihi wasalam

MediaMuslim.Info – Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati nuraninya. ‘Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha.

Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan. (HR: Ahmad)

Demikianlah akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam selaku nabi umat ini yang penuh kasih sayang dan selalu memberi petunjuk, yang penuh anugrah serta selalu memberi nasihat. Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau.

Al-Husein cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: “Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan: “Beliaushallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: “riya’, berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat.” Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga perkara: “beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala.” Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara.

Pembicaraan mereka disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu guna memetik faedah. Beliau bersabda, yang artinya:“Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia.” Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis.” (HR: At-Tirmidzi)

Cobalah perhatikan satu persatu akhlak dan budi pekerti nabi umat ini shallallahu ‘alaihi wasallam. Pegang teguh akhlak tersebut dan bersungguh-sungguhlah dalam meneladaninya, sebab ia adalah kunci seluruh kebaikan.

Di antara petunjuk Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mengajarkan perkara agama kepada teman-teman duduknya, di antara yang beliau ajarkan adalah: “Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka.” (HR: Al-Bukhari)

Di antaranya juga: “Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Alloh Subhanahu wata’ala” (Muttafaq ‘alaih).

Dan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang artinya: “Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam, berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat.” (HR: At-Tirmidzi dan Abu Daud)

Demikian pula sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang artinya: “Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu.” (HR: Abu Daud)

Diriwayatkan juga dari beliau, yang artinya: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaih)

(Sumber Rujukan: Sehari Di Kediaman Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam, Asy-Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim)

Soal Komitmen yang Payah

Maret 10, 2009 · & Komentar

Rekan saya yang mengurusi kemahasiswaan ITB mengeluarkan uneg-uneg kekesalannya. Katanya, mahasiswa sekarang ini payah sekali komitmennya. Janji tinggal janji. Berjanji mau datang, tetapi tidak nongol-nongol. Dia mencontohkan pengalaman pahit. Sebuah perusahaan di Jakarta mengundang mahasiswa untuk menghadiri acara peluncuran produknya. Perusahaan itu menawarkan 15 orang mahasiswa untuk diundang. Disediakan angkutan gratis pp Bandung-Jakarta, plus akomodasi lain dan sejumlah hadiah sponshorship lainnya. Bagian Kemahasiswaan segera mengumumkan hal ini kepada mahasiswa, siapa yang tertarik silakan mendaftar. First come first serve. Menjelang hari terakhir pendaftaran, yang berminat untuk ikut ternyata banyak sekali. Karena tempat duduk hanya untuk 15 orang pertama yang mendaftar, maka mahasiswa lainnya yang tidak kebagian memohon agar jumlah peserta ditambah lagi. Okelah, staf bagian kemahasiswaan melobi perusahan di Jakarta itu agar jumlah perwakilan mahasiswa ditambah. Lobi disambut baik, perusahaan menyediakan tambahan tempat untuk 25 orang, hampir dua kali jumlah semula.

Di hari H, pagi-pagi sekali, mobil jemputan dari Jakarta sudah menunggu di gerbang kampus. Acara di Jakarta akan dimulai pukul 10.00 pagi. Ada 4 mobil yang disediakan perusahaan pengundang. Hingga pukul 7.00 — batas waktu terakhir penantian — mahasiswa yang datang tidak sampai 8 orang. Kemana yang lainnya? Kemana mahasiswa yang memohon-mohon agar jumlah peserta ditambah? Staf bagian kemahasiswaan sibuk menelpon atau me-SMS ria para mahasiswa yang terpilih dan berjanji mau datang. Sibuk menananyakan kenapa belum hadir jua? Beberapa SMS dijawab, ada yang menyatakan sedang kuliah, ada yang menyatakan ada kesibukan lain, dll. Bagian kemahasiswaan tidak dapat menutup rasa malunya ke perusahaan pengundang. Kemana muka ni mau disurukkan? Yang datang hanya 8 orang, 3 mobil lainnya percuma saja. Konsumsi sudah terlanjur dibeli. Kalau memang ada kuliah atau kesibukan, mengapa bela-belain mendaftar, mengapa memohon-mohon tempat duduk ditambah? Banyak mahasiswa lain yang berminat tetapi terpaksa ditolak karena tempat duduk terbatas.

Payah! Begitulah kita menyebut soal komitmen mahasiswa kita. Institusi tidak hanya malu, tetapi juga terkesan mempunyai citra yang kurang baik dimata perusahaan. Mungkin perusahaan itu berpikir seribu kali kalau nanti mengundang mahasiswa ITB lagi.

Itu contoh satu kasus komitmen yang payah. Seorang alumnus pernah bercerita, perusahaan tempat ia bekerja baru saja menerima pegawai baru yang merupakan adik kelas di jurusannya. Dari sekian banyak pelamar, beberapa orang diterima bekerja. Tetapi, baru 5 hari bekerja di sana, tiba-tiba pegawai baru tersebut mengajukan pengunduran diri karena ada tawaran lain yang lebih wah. Tidak ada rasa bersalah sedikitpun pada pegawai baru itu. Payah, kata alumnus tersebut. Pintar sih pintar orangnya, tetapi soal komitmen tidak bisa diandalkan, lanjut dia. Perusahaan harus kembali ke titik nol untuk mencari pegawai baru dan menjelaskan dari awal spesifikasi pekerjaan.

Pengalaman pribadi, saya pun pernah mengalami kekecewaan soal komitmen mahasiswa. Beberapa mahasiswa pernah datang untuk meminta sesi diskusi. Setelah dicari waktu yang luang antara mahasiswa dan saya, disepakati diskusi akan dilakukan pada hari dan jam sekian. Pada waktu yang telah ditentukan, ternyata mahasiswa yang mau ketemuan tidak nongol-nongol. Tidak ada kabar lewat SMS dari mereka kenapa tidak datang. Ditunggu sampai sore, akhirnya saya pulang saja. Untung saja saya tidak termasuk tipikal orang yang sangat sibuk, jadi yaa… easy going sajalah, masih bisa mengerjakan yang lain, tapi coba kalau hal ini menimpa orang lain yang super sibuk dimana dia harus membatalkan beberapa acaranya guna memenuhi janji dengan mahasiswanya, eh tahu-tahu mahasiswanya tidak datang-datang. Payah ‘kali kau, meminjam istilah orang Medan.

Tentu tidak semua mahasiswa kita seperti itu, tidak pula bisa kita rampatkan semuanya mempunyai sifat serupa. Namun ibarat kata pepatah, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Karena ulah sebagian yang mempunyai etika kurang baik, akhirnya yang mendapat getah ya insitusi pendidikan juga.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komitmen artinya perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Kalau sudah terikat dengan janji, ya harus ditepati. Itu konsekuensinya. Orang yang mempunyai komitmen yang tinggi pertanda orang yang baik, sebab dia mampu menghargai pihak lain. Selama ini pendidikan kita hanya melatih kecerdasan otak semata, sementara aspek lain kurang diperhatikan atau malah diabaikan. Anak didik sering dinilai dari IPK, nilai mata kuliah, kemampuan matematika, Bahasa Inggris, dan lain-lain, padahal sukses dalam kehidupan tidak hanya ditentukan oleh angka-angka di transkip akademik saja, tetapi juga integritas moral, kejujuran, amanah, tanggung jawab, etika, dan juga komitmen untuk melaksanakan sesuatu yang sudah disepakati.

Sunday, March 1, 2009

About Siti Nurhaliza

About Siti Nurhaliza


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6VOMENHVLdKFw2N6lm_OJGUBT5thd-UMp9e6GImkdVAb9G23y8Ufk-6YJfScL8xk5klv_KgbVOrWrHqQQZiWwZDJfGdRUlylQqCJyJLLn2hOTSyQCrgqVp_W8ASB-KhmTF0a_Ablm0GXU/s400/36218651342792l.jpg



Early childhood (1979 – 1995)
Siti Nurhaliza was born in Kampung Awah (Temerloh), Pahang on 11 January 1979. Siti is the fifth child in the family of eight siblings. She comes from a musically inclined family. Her grandfather was a famous violinist, and her mother was a famous local traditional singer.

From the age of 5, she followed her uncle to invitational shows like wedding ceremonies and dinner parties to give her exposure performing live, where she was well received by the local community. During her childhood she was involved in various school activities, including sports and class speeches.

Siti Nurhaliza attended pre-school at the Sekolah Tabika Perkep, Balai Polis Kampung Awah, Temerloh. Here she showed her early singing talent at the age of six when she sang “Sirih Pinang”, a Malay traditional song, at her kindergarten’s end of year event. She attended primary school at Sekolah Rendah Kebangsaan Clifford and followed up her secondary education at Sekolah Menengah Clifford, Kuala Lipis, Pahang.

She was an athlete in school and this showed when at the opening ceremony of the Fiesta Media Idola 2006 in Kuantan she was a torch bearer to light the games of the Fiesta, together with actress Fasha Sanda. Siti had also won a singing contest when she was twelve years old. She sang the patriotic song “Bahtera Merdeka” at a Kuala Lipis Carnival in conjunction with the “Nyanyian Bulan Kemerdekaan” (Independence Month Singing Contest).

Early commercial success (1995 – 1996)
Siti Nurhaliza’s family performed at many local ceremonies in their hometown, such as weddings. At the age of twelve, Siti began to learn traditional songs from her mother and went on performing that genre of music during special occasions and events.

Later, as she continued to work on her singing, she participated in numerous local singing competitions. At 16, she competed in the 1995 RTM Juara Bintang competition. While there, she met Adnan Abu Hassan, a famous Malaysian music composer. He tutored her and helped her with her vocal performance, and ultimately she won the contest. She was granted a contract with Suria Records and in 1996 released her first self-titled album, Siti Nurhaliza. Completing her first album was a challenge because she had to balance working on the album with her preparations for the SPM examination. Despite this, her first album was a great success, and paved the way for successful subsequent albums.


http://muslimromantis.files.wordpress.com/2008/01/siti-nurhaliza-mengaji.jpg

http://cetak.fajar.co.id/photohead/1200073379nur2.jpg


Career development (1996 – 2006)
After the release of her first album, Siti became a well-known figure in Malay pop culture. She continued to have numerous hits, her songs spanning a broad range of genres, such as pop, R&B, and traditional Malay. Her voice and lyrics proved to be popular among teenagers as well as adults throughout Malaysia, Singapore, Brunei and Indonesia.

Siti was the first non-Chinese artiste to be invited to perform at the 15th Golden Melody Awards, Taiwan in 2004. Apart from performing solo, she also sang a duet with Lee-Hom Wang in a song called ??????? (The Moon Represents My Heart).

Throughout her career, Siti Nurhaliza’s songs have been covered by other artistes, including the famous song Cindai which was re-recorded in Chinese version by Chien Bai Hui. Also, her first hit song, Aku Cinta Padamu was covered by North, an Australian boy band. Siti held a successful solo concert at the Royal Albert Hall in London in April 1, 2005, although the majority of the audience were Malaysians living in the United Kingdom and Malaysians who had travelled just to see the concert. British press called her ‘Asia’s Celine Dion’ due to her powerful vocal and outstanding performances. To date, she has the most number one singles than any other artiste in Malaysia.


http://farm2.static.flickr.com/1380/987011383_5649a630fb_o.jpg


Businesswoman
With success in her singing career, Siti then got herself involved in business. She set up her own company - Siti Nurhaliza Productions (M) Sdn. Bhd. - with activities generally in the entertainment scene. She has two subsidiary companies, Siti Nurhaliza Collections Sdn. Bhd. and Siti Nurhaliza Marketing Sdn. Bhd. Siti sells her own “Ctea”, brand of Malaysian tea, from tea cultivated on the foothills of Mount Kinabalu, Sabah. This “Ctea” brand comes in two flavours, Geranium Special and Pandan.


http://www.kafegaul.com/i/art/musik/s/Siti_Nurhaliza_Konser_28402_f_23088.jpg

And now besides having her own products, she receives substantial income through commissions and royalties for her endorsements and as ambassador of products.

Some of the many products she endorses include Maybelline, Pepsi, Pantene, Maxis, TM Net, Jusco, Konica Minolta, Olay Skin Care and Samsung.

Wealth
Siti was bestowed the ‘Darjah Indera Mahkota Pahang’ award by the Sultan of Pahang which carries the title ‘Datuk’ in October 24, 2006.

Siti is known to be a formidable and successful businesswoman in Malaysia. She currently tops the list of the ‘Richest Artistes’ in Malaysia. She is also worth more than RM50 million and was named one of the millionaires in entertainment in South East Asia.

Transkripsi (2006 – 2007)
Siti’s eleventh studio album, Transkripsi, was released in 2006 and contained contributions from producers such as Aubrey Suwito, Jenny Chin, Mac Chew, Yasin, Cat Farish, Firdaus Mahmud and Damian VE. Transkripsi became the year’s best album after winning the Best Album award in the Anugerah Industri Muzik, equivalent to the Grammy Award. It was the first album released under her own production company.

She made her first appearance at the Grammy Awards for the red carpet session on February 11, 2007.She was the first Malaysian to walk the red carpet.

On April 20 and April 21, 2007, Siti performed at the successful Konsert Istana Cinta Nostalgia, which was a tribute concert for the late Tan Sri P. Ramlee & Puan Sri Saloma at Istana Budaya, Kuala Lumpur. The concert featured popular songs composed by Tan Sri P. Ramlee himself, performed by Siti and other invited artistes. Before this, Siti was also invited to perform a tribute concert for the late Sudirman Hj Arshad, also at Istana Budaya, Kuala Lumpur in 2002.

On April 30, 2007, she garnered 4 nominations in the Anugerah Industri Muzik including Best Pop Album (Transkripsi), Best Vocal Female Performance In An Album (Transkripsi), Best Music Video (”Bisakah”) and Best Cover for an Album (Transkripsi). Out of these, she won two: Best Pop Album and Best Album for Transkripsi.

She also bagged 2 fan-based-vote nominations for Most Popular Female Artist and Most Popular Song (”Biarlah Rahsia”) and 3 nominations for Best Female Artist, Best Song and Best Album at 2006 Anugerah Planet Muzik, a regional award ceremony for artistes in Singapore, Malaysia and Indonesia. She won Most Popular Female Artist, Best Female Artist and Best Song (”Biarlah Rahsia”).


http://i65.photobucket.com/albums/h240/kerekarlu/ctnur/3198966392_2ef8203226.jpg?t=1241765269


Hadiah Daripada Hati & other work (2007 – present)
2007 showed Siti’s participation on soundtracks for the films Kayangan and 1957: Hati Malaya. For Kayangan, Siti recorded a song Menanti Pasti. It’s the first single to be released to the Indonesian market. For 1957: Hati Malaya, Siti recorded a song called “Hati”, which was released in September 2007.

Siti performed as Azizah, P. Ramlee’s mysterious lover, in the musical ‘Remy … Kisah P. Ramlee (Remy … The Story of P. Ramlee), which is a tribute to the late P. Ramlee, staged at Istana Budaya from October 17, 2007, to November 3, 2007.


http://www1.mstar.com.my/archives/2008/10/20/mstar_hiburan/siti1s.jpg


Siti’s twelfth studio album Hadiah Daripada Hati was released on December 10, 2007. Siti released the Latin-influenced pop song Ku Mahu as the first single of this album and it was featured as the opening theme song for a drama called Spa-Q. Thanks to the popularity of Spa-Q, the single was well received and topped most of the Malay charts for weeks. Melawan Kesepian was her second single and was the first track of this album to have a video clip. The song was a remake of a hit that was once popularized by an Indonesian band called Jikustik. Her acting debut in the musical ‘Remy… The Story of P. Ramlee’ also saw the debut of her third single Mulanya Cinta, which was created by Dick Lee, a Singaporean composer. Siti said that it was her first collaboration with the renowned musician although she had known him for years.

The new album was previously claimed to be a traditional album but due to lack of materials, she moved on with producing another pop album. The traditional album is now slated for a 2008 release, as stated by Siti herself.

Siti has also recently became the most frequently searched person on Google by Malaysian Google users, according to Google’s 2007 Malaysia Year-End Zeitgeist, beating celebrities like Paris Hilton and Britney Spears.

On March 21, 2008, Siti held a successful solo acoustic concert at the prestigious Esplanade Theatre in Singapore. The concert was called Diari Hati or ‘A Diary of Her Heart’. She performed numbers of hits from her latest album, Hadiah Daripada Hati and previous albums. The concert has received good reviews from the local press saying that ’she rules hearts in Singapore as well as in Malaysia’ and ‘her reign as the queen of Malay pop songs is still going strong’.

Hadiah Daripada Hati came under criticism from the press when it was released. Critics said it was a moderate performance from Siti Nurhaliza and was not on the same par as her previous album Transkripsi, which was touted as the best album she had ever made. But these criticisms were rebutted when Hadiah Daripada Hati received five nominations in the 15th edition of AIM including Best Pop Album and Song of The Year, making Siti the second nominee with the most nominations after newcomer Faizal Tahir. Out of five categories including three multiple nominations, the album earned her three awards for Best Pop Album, Best Musical Arrangement in a Song (Malay) for the song Cintamu as well as her ninth Best Vocal Performance in an Album (Female) in which she had lost to Jaclyn Victor the previous year.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKqXKut6tUXNm13u4n48G7wTF4DDHTwBGgXUcQe5IF9VEMzTe1Z7bOouq4zn8d0Oa168c5_iTm68oNTp6V4Y3OT6q1WS9CaDOi7BS1ewWL0-UvTSWkPib7InIC4aoFMZm9b3Rqy97HSfWq/s320/SITI2_resize.JPG


Romance
Siti has previously been romantically linked to quite a number of fellow artistes including Zamani, Anuar Zain and Dr Fazley Yaakob. It was rumoured that Siti and Fazley were together before she met her future husband, Datuk Khalid Muhammad Jiwa (Datuk K), as Fazley helped her get a chance to perform at the Royal Albert Hall in London. They flew there together but things apparently became tense when Siti kept on disappearing with Datuk K during rehearsals.


http://petromaks.files.wordpress.com/2006/07/siti4.JPG


Siti was also previously linked to actor-singer-director cum producer Yusry Abdul Halim who was formerly married to actress Erra Fazira. For the past few years, Siti was rumoured to be in a relationship with a prominent Malaysian businessman, who was then only referred to as Datuk K. The rumour had it that she would be getting married in 2006, to which she neither confirmed nor denied, which deviated from her usual response to rumors. The rumors were further fueled during her acceptance speech at the “Anugerah Bintang Popular 2006″ awards ceremony. In her speech she thanked “her special one”, whom she had never mentioned before. Recently reporters saw the family of Siti’s supposed lover visiting her house in Kuala Lipis. Many believed that the family visited in order to arrange for the wedding.

Much controversy arose over the romance, due to the 20 year age gap between them. Also, rumours were flying that Siti had an affair with Datuk K while he was still married, and asked him to leave his wife for her. They apparently met through Datuk K’s former wife Tengku Zawyah Tengku Izham who used to invite Siti to perform at charity functions that she hosted. However, both Datuk K and Siti denied these allegations.

On July 17, 2006, Siti and Datuk Khalid made a press conference announcing their wedding plans. A local TV SMS poll conducted on the same day of the announcement showed that 49% of viewers did not approve of the news. The press conference got a frenzy of media coverage and a live telecast from TV3’s Wanita Hari Ini. It was announced at the conference that she will wed businessman Datuk Khalid Muhammad Jiwa, on August 21, 2006.

The wedding was charted as the top celebrity wedding on Yahoo Buzz.

The engagement and akad nikah ceremony were held at Masjid Wilayah Persekutuan (Federal Territory Mosque) on August 21, 2006. The ceremony was also televised live and gathered more than 2 millions viewers. The first wedding reception was held on August 28, 2006, at the Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC) which televised to 6.3 millions viewers nationwide.[10] It was a star studded affair, with guests including royal families, VIPs, celebrities, close friends and family. A second reception was held on September 3, 2006, in Siti’s hometown of Kuala Lipis, Pahang.

wikipedia.org

Samsung DigitAll Hope Ambassador 2004 & 2005

Ms Siti Nurhaliza
Malaysia

Siti Nurhaliza Taruddin is a figure that needs no introduction to the music industry in Malaysia and of the Malay archipelagos. Her career has been paved with bold, creative achievements, and highlighted by series of firsts. From humble beginnings in a rural hometown, Kuala Lipis, Pahang she started her singing career from the tender age of 6 by singing a traditional number “Sirih Pinang” to her classmates at her nursery. At the age of 12, she emerged as champion in “Nyanyian Bulan Kemerdekaan” Singing Competition held in conjunction with Lipis Carnival rendering “Bahtera Merdeka”.

Although she has been singing for sometime, her real talent was only unveiled when she became the champion of Pertandingan Bintang Hiburan Minggu Ini (HMI), organized by Radio Television of Malaysia (RTM) in 1995, at the age pf 17. The, then teenage Siti Nurhaliza lunged, unassisted and with almost no encouragement, into show business.

Her eponymous debut album produced by Suria Records Sdn. Bhd. (SRC) in 1995, became the first of the string of Number One albums. She was just 16. Since then, the Malaysian music scene has been enthralled by Siti ’s beautiful voice and talent.

Her agile voice appears to pour out of her effortlessly. Her grace and beauty has motivated legions of audiences. You can see the growth and poise that she governed as she matured from a young, fresh-faced ingénue to a self-assured personality.

Blessed with great voice, she crosses all barriers and touches Malaysians from all walks of life with lists of electrifying series of hits from ballads, pops, R & Bs, as well as traditional genres. Thus far, she has also produced compilations, a few incredible duets, becoming guest artist, singing numerous theme songs for telemovies, motion pictures, advertisement jingles, along with a number of public services announcements’ theme songs.

Virtually, every aspect of Siti Nurhaliza is a record-setting. Years of development and persistence had molded this courageous person to discover that nothing is impossible in matters of the heart and mind. Indeed, this young lady that was born on January 11, 1979, had earned all the accolades from the industry by immeasurable deeds and hard works. Through out the past decade, she astounded the entire local music industry and the public with series of accomplishments.

Today, all of her immeasurable efforts and hard works for the local music industry had assured her a permanent recognition in the coveted “The Malaysia Book of Records” published in 2002 for “the most number of awards received by an artiste.”

Despite being at the peak of her career, Siti Nurhaliza places great emphasis on the community and social issues. Just recently, she launched her very own “Tabung Prihatin Siti Nurhaliza” (”Siti Nurhaliza’s Welfare Fund”) as evidence of her dedication in contributing to the needy.

Siti Nurhaliza was also recently appointed the IT Ambassador for Samsung. Siti’s popularity among Malaysians, her support of the Government’s campaign of widening IT literacy ‘One Home, One Computer’ as well as her personal interest and conviction in increasing IT literacy among the Malaysian community made her the ideal choice as the IT Ambassador for Samsung.

Siti is also involved in various charitable and social causes. She had continuously contributed and giving her best for the betterment of the nation by officially becoming The Goodwill Ambassadress of The Red Crescent Society and The Ambassadress of JUSCO’s With All Our Hearts Fund.

Siti Nurhaliza is also an entrepreuneur who has ventured into business to look after the welll being of her family. This started with the setting up of her own production company - Siti Nurhaliza Productions (SNP). Today she owns two other companies - Siti Nurhaliza Collections Sdn. Bhd. and Siti Nurhaliza Marketing Sdn. Bhd.

[sitinurhalizaku.jpg]






Sign Up - Earn Network Marketing
Sign Up - Earn Merchant Reseler
Sign Up - Earn International Home Business
Sign Up - Earn Click Bucks
TurnFlow Digital Music Hobbies
International Offers Search
Selling at Amazon.com today!





10% Off your order of $100



Celebrate Mom this Mother's Day at CafePress



Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.






Earning power of mama fira own marketing
dedicated on behalf of :

     "fatherless children, orphan or parents who
      had utterly destitute to make proper life
      and education to their child"

 


Comfortable Reading - Wonderful Kindle


ramadhan zone
games zone