Tragedi Siti Bunting
by wantonio wanderas,
Alkisah :
Tiba-tiba saja teriakan seorang ibu keras sekali terdengar sampai tetangga
kiri kanan : "wes nduwablegg weddoku toh heh",
Memang sudah diperingatkan berkali-kali diceramahi ibunya, seolah Siti
tidak sertamerta percaya begitu saja, bahwa ada dunia lain, sisi lain
dari kehidupan pribadi seorang pria. Lebih-lebih pria dewasa secara usia
sudah mulai menghampirinya klewer-klewer maring lengser
nyengar nyengir larak lirik jelitanya Siti,
badan para lelaki seperti terhipnosexy, terkena
diputar kakinya sendiri berjingkat-jingkat
seperti gelisah menahan nafsu super aneh menuso!.
begitulah laki-laki kalau sudah naksir Siti, anak sematawayang ibu itu,
seperti ayam kalkun yang sedang mabok minum air bekas cucian sayur.
apalagi sering sekarang ini, banyak tamu datang ke rumah menanyai anaknya yang super jelita itu katanya,
selalu dijawab ibu :
"sedang les dik. nanti ibu kabari mungkin jam 4 baru balik".
selalu begitu jawaban ibunya, selalu memajukan jam, 5 jam dari kedatangan tamu anaknya itu. sambil dalam hati mengumpat :
"trembelane ora sudi anak semotowayangku dikacangi sampeyan dul".
Lalu disambung lagi
"semprul aku gak tergoda sampeyan naik mobil mewah apa.
biar gubugku boddol
keluargaku punya harga diri".
sambil menutup pintu reot, ibu itu tetap saja sinis.
Soal kalkun si ibu itu memang paham betul, Ia seperti menyimpan trauma, seperti dendam tak berujung. Dari sudut-sudut tempat kost berpintu longgar, dalam diary pernah cintanya bergelora ditepian bendungan tua, saksi hidup muda-mudi bertukar cinta berkamuflase dengan pernikahan sementara yang bejad (:bejad apa bejat).
Kini bertobatlah si ibu dengan segala pengertiannya dan
tak mau kenal lelaki bergerak-gerik jagoan kalkun. Begitulah virus trauma.
maka…
Ketika seekor jago kalkun lain datang,
menghajar tanpa permisi mengajak tarung, mempertaruhkan hargadiri sebagai pemilik jalu dan jengger. Manakah predikat jago simbol kejantanan, sebagai jago pemenang,
penikmat gadis kalkun tercantik berbulu licin halus,
berparas mulus menawan, maka dari itu tidak ada kamus ‘perawan’ atau ‘janda’ dalam dunia kalkun, semua kalkun berasa gadis.
Saling menghajar menjadi pemenang melepas nafsu ayam,
bahkan ketika kalkun pesaing ngacir terhuyung kalah –
tidak sertamerta pula menerima kekalahan,
menunggu sambil mengintip permainan dahsyat,
berharap bekas sang ‘gadis pujaaan’, itupun setelah mengejarnya puluhan menit sampai lemas kembali tersungkur dalam degup hipnosex, pelecehan terhadap makna cinta.
sekali lagi memang begitulah tabiat durjana dalam dunia kalkun.
Kutukan nafsu hewanso!.
Aku kembali teringat nasehat ibu itu untuk Siti.
Baiklah akan kusampaikan dalam cerpen ini. Kutipan nasehat inipun tak sengaja kucopet dari balik triplek lapuk, sedikit berlubang
tembus ke ruang gudang beraneka barang rongsokan,
gelap sekali, telingaku sendiri sertamerta saja, tanpa kompromi langsung manteng - nguping penasaran sekali perasaanku ini
(:dasar tetangga pingin tauuu aja).
Karena memang ternyata kuresapi, nasehatnya seru dan
meyakinkan sekali dan kucatat dalam otak sebelah kiri, lalu kupindahkan ke kanan. “dasar memori kumori orang miskin full noise”.
Karena kuingat dibagian kiri otakku bermasalah.
Sedikit kesal juga aku ini dengan karunia otak berotak ini,
tapi bagaimanapun
akulah pasti pemenang lomba tingkat atas :
kesetiaan terhadap pasangan hidup,
itulah aku, “…itupun jika ada lombanya”.
karena menurutku kesetiaan adalah
cikalbakal kebaikan yang luhur untuk setia kepada Tuhan dan
hal-hal baik disekeliling kita
(:aku menghela nafas lumayan sedikit menghiburku)
Baiklah begini nasihatnya…
Bersambung ….
1 comment:
nice...........
Post a Comment